Dibalik kesunyian di kota Changshu
Kota kecil ini dibangun untuk mendukung industri garment dan otomotif di china, terlihat dari banyaknya jumlah pabrik tekstil berikut industri kecil pendukungnya membuat kota mungil ini seringkali berselimutkan kabut kelabu dari asap industri. Dalam beberapa bulan selama musim panas, hari-hari dihiasi langit biru cerah dengan gumpalan awan putih bisa dihitung dengan jari.
Malah mendekati pertengahan musim panas, kabut tampak semakin menebal disertai dengan asap hitam disana-sini, dikarenakan para petani biasa membakar ladangnya secara masal untuk musim tanam berikutnya. Keunikan kota ini baru dapat ditemui di sela-sela kesibukan di pemukiman penduduk asli atau "hutong", di tepi-tepi sungai yang menghiasi kota dan di mulut-mulut pasar tradisional. Berbagai macam jajanan pasar yang menggiurkan. Mulai dari yang paling umum seperti gorengan, kue-kue kering, sate, sampai gerobak penjual bebek yang menjual berbagai jenis bentuk makanan dari bebek - sate bebek, leher bebek bumbu pedas, ceker bebek saus kecap manis, paha bebek panggang, bebek goreng gurih, lidah bebek, hati bebek goreng, sayap bebek panggang.....
Di musim dingin lebih banyak penjual sate dan barbekyu, di musim panas para penjual beralih menjajakan gorengan. Walaupun tidak ada tempe goreng ataupun combro seperti penjaja gorengan umumnya di Jakarta, bakwan atau bala-bala dan tahu goreng banyak sekali terlihat. Yang unik, para pedagang disini menyediakan lebih dari 6 macam saus yang berbeda untuk dicelup begitu bakwan keluar dari wajan panas-panas. Hmmmm, pilihan jatuh pada kombinasi saus cabai dengan saus coklat gelap yang ternyata perpaduan antara kecap dan tauco.
Berbagai macam pilihan, bakwan, tahu, sate pangsit, sate panggang.....
Fried cake, sejenis martabak dengan campuran bayam & daun bawang
Timbunan kue-kue kering, manis dan gurih